Rabu, 12 November 2025

Berdasar salah satu guru spritual Ulun

Berdasar salah satu guru spritual Ulun

Apabila seseorang mengetahui dan faham

1. Nur Muhammad 

2. Diri sejati 

3. Roh idhafi 

Cukup mata memandang , seseorang yang sakit akan sembuh sakit nya atas ijin Allah .

Apakah benar.?

Ustadz 𝑨𝒃𝒖 𝑭𝒂𝒅𝒉𝒆𝒍 𝑯𝒂𝒓𝒅𝒚 menjawab: Pertanyaan ini sebenarnya sudah memasuki wilayah dzauq dan kasyf  bukan sekadar pemahaman rasional. Maka tidak bisa dijawab dengan “ *benar atau salah* ”, karena yang dibicarakan sudah menyentuh maqām *syuhūd (penyaksian), bukan maqām ilm (pengetahuan).*

Dalam jalan para arif, benar dan salah di titik ini hanya berlaku bagi mereka yang masih melihat dari luar tabir. Sedangkan bagi yang sudah menembus hakikat, ukuran bukan lagi logika, tapi *syuhūd al-ḥaqq fī kulli syay’* menyaksikan Allah dalam segala sesuatu.

🔹 Nur Muhammad, dalam pandangan sufi seperti disebut dalam Sirr al-Asrār karya Sayyid ‘Abdul Qadir al-Jilani, adalah tajalli awal  pancaran pertama dari Cahaya Dzat. Dari Nur inilah seluruh ruh dan wujud tercipta. Maka, jika seseorang benar-benar memahami dan tersambung kepada Nur ini, sejatinya ia telah tersambung kepada sumber kehidupan itu sendiri.

🔹 Diri sejati (nafs haqīqiyyah), adalah kesadaran murni yang menyadari dirinya bukan jasad, bukan pikiran, bukan perasaan  melainkan “cermin” tempat Nur itu memantul. Ia bukan sesuatu yang harus dicari di luar, tapi disingkap melalui fana’ terhadap segala lapisan diri semu.

🔹 Rūḥ Idhāfī  sebagaimana disebut sebagian sufi, adalah nafas rabbaniyyah yang dihembuskan Allah ke dalam jasad manusia (QS. As-Sajdah: 9). Ia jembatan antara Dzat dengan ciptaan, antara Langit dengan tanah. Dalam istilah energi modern bisa disamakan dengan soul frequency atau vibrasi ilahiah personal.

Jika seseorang telah menyadari tiga lapisan ini secara hakiki  bukan sekadar hafal istilahnya  maka benar bahwa bi idznillah (atas izin Allah) tatapan matanya, doanya, bahkan diamnya bisa menjadi sebab kesembuhan orang lain. Karena yang bekerja bukan lagi ego, melainkan Nur yang kembali kepada Nur.

☝️Namun di sini penting: bukan berarti setiap orang yang bicara *“Nur Muhammad”* otomatis menyembuhkan. Yang menentukan bukan pengetahuannya, tapi maqām-nya.

Allah berfirman:

> “Wa mā ramaita idz ramaita walākinna Allāha ramā”

_Bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar._” 

(QS. Al-Anfāl: 17)

Baca juga ; kenapa harus ada diri sejati dan roh.

Arsip Blog