Rabu, 12 November 2025

Kenapa harus ada diri sejati dan roh idhafi

Kenapa harus ada diri sejati dan roh idhafi kenapa tidak harus nur Muhammad mencakup semua setelah nur zat

Dalam pandangan para arifin, tidak ada “letak” bagi yang tidak berbentuk.

Yang disebut diri sejati dan ruh idhāfī bukanlah dua zat yang berpisah tempat,

melainkan dua sisi dari satu pancaran yang sama tajallī al-wujūd (manifestasi keberadaan).

1️⃣ Ruh Idhāfī

Ruh idhāfī berasal dari nafakhah ilāhiyyah  tiupan Ilahi yang disebut dalam Qur’an:

> “Wa nafakhtu fīhi min rūhī.” (QS. Al-Hijr: 29)

Artinya, ia bukan makhluk terpisah, tetapi cahaya yang disandarkan kepada Allah, sehingga disebut idhāfī (disandarkan).

Secara dzauq, ia bersemayam di pusat dada (lathifah qalbiyyah), tempat di mana kesadaran Ilahi bisa dirasakan berdenyut dalam diri manusia.

2️⃣ Diri Sejati (An-Nafs al-Haqīqiyyah)

Sedangkan diri sejati adalah kesadaran yang mengenali asal ruh itu,

yakni saksi yang menyadari bahwa ia berasal dan akan kembali kepada Sumber-Nya.

Ia bukan terletak di kepala, dada, atau manapun, karena hakikatnya berada di luar ruang dan waktu, hanya termanifestasi melalui qalb (hati spiritual).

Maka bila ditanya letaknya 

Ruh idhāfī tampak sebagai nyala di dada,

sementara diri sejati adalah cermin yang memantulkan wajah asalmu di balik cahaya ruh itu.

Jika ruh idhāfī adalah “napas dari-Nya”,

maka diri sejati adalah “kesadaran yang menyadari napas itu berasal dari-Nya.”

Kalimat ini bisa diakhiri dengan satu penegasan khas SQI:

> “Maka perjalanan kita bukan mencari di mana letaknya,tapi menyingkap tirai antara yang meniup dan yang ditiup  hingga keduanya tak lagi berbeda.” 🌙

Dalam sirriyyah al-arifin (rahasia para arif), memang dijelaskan bahwa Nur Muhammad adalah cahaya pertama yang diciptakan Allah sebelum segala sesuatu ada.

Hal ini disebut dalam banyak karya, di antaranya Sirrul Asrār karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani:

> “Awwalu mā khalaqallāhu nūra nabiyyika yā Jābir.”“Wahai Jabir, sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah cahaya nabimu.”

Artinya, seluruh cahaya makhluk  baik malaikat, ruh, bahkan cahaya bintang dan manusia  semua memancar dari Nur Muhammad sebagai sumber tajalli pertama.

☝️ *Namun, tidak semua cahaya adalah Nur Muhammad, melainkan berasal dari Nur Muhammad seperti percikan dari matahari*. ☀️

✨ Tentang Ruh Idhāfī

Ruh Idhāfī bukan diciptakan dalam waktu sebagaimana waktu makhluk,

karena ia ditiupkan dari sisi Allah yang laa yudraku bil zaman (tak terikat ruang dan waktu).

Sebagaimana firman-Nya:

> “Fa idzā sawwaituhu wa nafakhtu fīhi min rūhī…”

“Maka ketika Aku telah menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh-Ku…” (QS. Al-Hijr: 29)

Artinya, ruh idhāfī itu bukan diciptakan melalui proses temporal, melainkan melalui tajallī langsung dari sisi Rabbani. Ia berasal dari ‘Ālam al-Amr (alam perintah), bukan ‘Ālam al-Khalq (alam ciptaan fisik).

💠 Tentang Letak Diri Sejati dan Hubungannya dengan Nur Muhammad

Cakra atau lathoif hanyalah peta simbolik yang membantu kita mengenali lapisan kesadaran ruhani.

Dalam pemahaman para sufi, diri sejati (an-nafs al-haqiqiyyah) berada di tengah pertemuan antara ruh idhāfī dan nur muhammadī  titik di mana kesadaran makhluk mengenali dirinya sebagai pantulan cahaya asal.

Maka bedanya dengan sistem energi Timur:

Energi timur mengaktifkan cakra dari bawah ke atas,

Sedangkan jalan Nur Muhammad menyinari dari atas ke seluruh wujud  karena sumbernya adalah cahaya ilahi yang “meliputi langit dan bumi.”

( maka saya sering gunakan Grounding SQI version dg cara masukkan bola energi dari langit ke ubun2 mengalir ke seluruh tubuh kemudian keluar melalui kedua telapak kaki mengakar ke Bumi)

Sehingga benar, Nur Muhammad meliputi seluruh semesta, namun diri sejati adalah cermin kecil tempat Nur itu memantul, sementara ruh idhāfī adalah napas hidup dari tiupan Sang Sumber.

🌙  Hikmah:

> “Nur Muhammad itu seperti matahari,Ruh Idhāfī seperti sinarnya yang menghidupkan,dan Diri Sejati adalah kesadaran yang menyadari bahwa ia sedang diterangi.”

Maka perjalanan spiritual bukan untuk menambah cahaya dari luar,

tetapi untuk menyingkap debu yang menutupi cermin di dalam dada...

Wallahu ta'ala 'alam bish showwab.

Baca juga : berdasar salah satu guru spritual-ulun.